Sabtu, 07 Januari 2012

niat hati untuk memperbaiki kehidupan keluarga

Berangkat dari rumah dengan tujuan ingin memperbaiki nasib keluarga tak tau sesampainya dinegeri yang tujuan mereka kerap sekali dengan penyiksaan. Banyaknya buruh migran yang pergi untuk mencari sesuap berlian untuk hidup dimasa depan namun apa yang terjadi disana tak semulus niat awal mereka. Kemiskinan yang membuat mereka meninggalkan tanah air karena ditanah sendiri mereka tak jua mendapatkan pekerjaan yang layak yang bisa mencukupi biaya hidup untuk keluarga bukan hanya itu keinginan untuk meyekolahkan anak-anaknya juga kerap menjadi mereka nekad pergi ke negeri orang.

Dari sedikitnya enam juta TKI di luar negeri, Malaysia dan Arab Saudi merupakan negara tujuan utama. Malaysia menampung 2,2 juta TKI dan Arab Saudi mencapai 1 juta TKI, sebagian besar bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh pabrik dan sector formal lainya. Kemampuan yang terbatas yang mereka miliki menjadikan mereka hanya bisa bekerja sebatas itu saja, mereka tak bisa bekerja dinegeri sendiri karena dinegeri sendiri mereka tak mendapatkannyasusah mencari lapangan pekerjaan.Kerap sekali perlakuan tak sedap menghampiri mereka dari mulai perlakuan majikan dan anak-anak majikan yang tak bermoral, belum lagi perlekuan majikan yang kerap menyiksa kalau apa yang dinginkanya tak sesuai.Sangat menyedihkan sekali ketika melihat berita pagi yang dalam berita tersebut dihidangkan dengan berita tak sedap yaitu tentang masalah nasib tenaga kerja Indonesia yang bekerja dinegeri orang demi sesuap berlian yang diawal manis namun kenyataanya pahit.Sebenarnya mereka tidak ingin pergi dari negeri sendiri karena bekerja di negeri sendiri lebih enak daripada kerja dinegeri orang.

Bekerja dinegeri sendiri enak bisa selelu kumpul dengan keluarga sedangkan bekerja dinegeri orang sangat jauh dari keluarga dan itu menyiksa batin. Dimana apabila rindu anak dan keluarga lainya mereka hanya bisa menelfon saja tanpa bisa tatap muka namun semua itu mereka papras dengan semangat hidup akan lebih baik dengan bekerja dinegeri orang dan rasa ingin memperbaiki nasib untuk menyekolah anak-ankanya. Tapi apa yang mereka dapatkan ? kalau boleh memilih mereka juga menginginkan bekerja dinegeri sendiri agar bisa kumpul dengan keluarga. Padahal keberadaan mereka disana sangat menguntungkan sekali untuk Indonesia diketahui dari sumber kompas Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri telah menjadi salah satu sumber devisa. Bank Dunia memperkirakan buruh migran akan membawa remitansi sedikitnya 7,1 miliar dollar AS tahun 2010, naik dari 6,7 miliar dollar AS tahun 2009. Namun, apa yang mereka dapat dari negara? Nasib para TKI sangat memprihatinkan tiap bulan kita sering menyaksikan berita tentang mereka dari mulai berita tentang TKI yang mandapat penyiksaan oleh majikanya, TKI yang kerap mendapatkanperlakuan yang tidak sopan dari majikan laki-lakinya, TKI yang terlantar karena penipuan oleh PJTKI yang mereka percayai akan mengentakan mereka serta nasib TKI yang sekarang berada di kolong jembatan.

Tak ada upaya pemerintah yang real untuk mengatasi masalah ini karena mungkin elit pejabat negeri kita sedang sibuk dengan urusan perut mereka masing-masing. Malah ada anggota Dewan yang kebetulan berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu di Bandara hanya bisa memaki mereka denganmmengatakan mereka itu sampah  sebenarnya dalam realita siapa yang sampah ? bukankah mereka yang selalu menghabiskan uang rakyat demi kepentingan mereka sendiri. Lantas kepada siapa lagi Pahlawan Devisa itu akan mengadu ?

Indonesia sampai saat ini belum mempu memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, sehingga mereka harus berbondong-bondong mencari pekerjaan di luar negeri. Terkait dengan permasalahan tersebut, pemerintah tidak hanya perlu meninjau ulang MoU yang dibuat dengan pemerintah Arab Saudi, tetapi juga harus "berani" mengambil tindakan tegas dan menghukum para juragan yang telah membuat Pahlawan Devisa menderita seumur hidup. Termasuk para PJTKI yang terbukti melakukan penyimpangan serta jika tak mau ada lagi nasib seperti Nirmala Bonat, Sumiati dan lain lain kiranya pemerintah kita bisa memberikan pekerjaan yang layak untuk mereka agar mereka tidak susah-susah pergi ke negeri orang untuk mencari sesuap berlian menuju masa depan. Kejadian seperti ini akan terus ada jika pemerintah tidak ada rasa ingin memperbaikinya.

Mereka butuh empati bukan simpati bukan, “ I know What Your Feel but I feel What You Feel.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar